Selasa, 25 April 2017

# thought

There is a time for everything

Satu kalimat yang selalu terngiang setiap kali saya merasa waktu begitu padat dan merasa sudah tidak ada lagi waktu yang tersisa untuk sekedar menikmati me time
lo kayak orang sibuk sedunia.

Seorang teman berucap demikian, dan masih terngiang sampai sekarang. Ucapannya bukan untuk saya, tapi tiap kali saya hendak menolak ajakan ngumpul bareng teman atau menghadiri sebuah acara, kalimat itu kembali terngiang. Yah, sesibuk apa sih gue sampai-sampai gak punya waktu lagi untuk sekedar ini dan itu.



Dua tahun bekerja di tanah rantau, tanah Maluku lebih tepatnya. Mungkin karena ingin menyesesuaikan diri dulu dengan lingkungan baru makanya tidak begitu banyak hal yang bisa saya lakukan selama ini. Kehidupan tiap hari hanya seputar kantor, kosan dan segala angan tentang resign dari perusahaan yang udah ngasih upah yang cukup buat saya.

Dua tahun di comfort zone, walaupun gak bisa di bilang comfort zone 100% yaa, karena hidup di kota minimalis dengan biaya yang mahal dan serba terbatas barang-barang dan fasilitasnya cukup membuat batin kembang kempis.

Tapi, dua tahun, yang saya dapat hanya sebuah pertahanan hidup, means ya saya bisa beli pakaian sendiri, makan sendiri, bayar kost sendiri, belanja bulanan dan segala perintilan-perintilannya tanpa nyusahin orang tua lagi.
Tapi, apa cuma harus berputar di siklus itu saja? dulu iya saya pengen, karena nyaman, gak pusing ini itu.
But, not that kind of woman I want to be.
I like to be a wonder woman who gets what she want, do what she wanna do, independent, spread positive vibes, and inspiring people, *kebanyakan ngunyah quotes*
Bukan cewek yang ga bisa di andelin.
So I choose to change my habbit little by little, step by step till I realize that's a good deeds for my life.

*2017 masih aja ngepost galau*
*yang penting bukan tentang cinta haha*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar