Rabu, 05 Juli 2017

4th July

22.07 0 Comments
Walaupun sekarang udah tanggal 5 belum terlambat rasanya bahas hari sakral kemarin.
Hari dimana gadis yang sedang mengetik ini keluar dari rahim ibunya.
Selalu jadi hari yang saya tunggu, dimana limpahan doa hari itu banyak tertuju pada saya, sekalipun hanya mengulang doa dan ucapan tahun tahun sebelumnya dan sekalipun hanya copy and paste doa teman di group (tradisi anak group whatsapp haha).

24 tahun Alhamdulillah di kasih nikmat dan perjalanan hidup yang luar biasa olehNya.
Alhamdulillah juga semakin banyak yang doain cepet nikah walau tak sebanyak yang nanyain kapan nikah. ahelah, intinya saya sedang menuju ke sana, sedang berusaha dan sedang berdoa juga, cepat ataupun lambat hanya menjadi rahasiaNya.


Tiba-tiba ngepost lagi di blog, curhat lagi, mungkin karena udah komitmen ga ngeposting foto atau video personal di situs instagram. Jadi setiap mau ngeupload foto nanya dulu sama diri sendiri,
buat apa di upload?
apa ada untungnya buat yang lihat?
janan sampai hanya menimbulkan perasaan iri semata?
atau bahkan saya hanya ingin ria saja?
karena terkadang kita selalu punya pemakluman untuk menutupi setipis apapun sifat sifat itu.

Sayangnya, masih lemah dengan fitur instastory nya haha. dikit2 masih ngeuplaod huhu. Besok-besok semoga bisa dikurangi, aamiin.

Tapi, karena komitmen itu, saya lebih bisa menghargai moment. Biasanya hanya sibuk menganbil angle yang bagus, dan jika berfoto bersama teman hanya ngeupload foto yang muka saya bener aja haha my bad, or our bad? hehe

Balik lagi ngomongin 4 juli. Sebenarnya di hari H nya tidak begitu special karena saya sudah balik ke perantauan. Namun sehari sebelumnya diadain makan bersama keluarga kecil-kecilan di rumah kakak, makan coto sama buras trus dibuatin kue (kuenya buat bersama sih) tapi di jadiin ala ala kue ultah. Di potong diikuti dengan nyanyian selamat ulang tahun yang sebenarnya hanya saya yang nyanyi sendiri, yg lain hanya tertawa melihat tingkah saya dan ponakan ponakan akhirnya turut bertepuk tangan seirama dengan nyanyian. Iya, di keluarga saya tidak mengenal dan tidak mengajarkan tradisi tiup lilin kue ulang tahun, dan tidak diajarkan pula bernyanyi (karena menyanyi bukan tradisi seorang muslim). Loh? Tapi kenapa saya nyanyi? (Doakan aja saya segera taubat hehe. Mamah udah pupus harapannya marahin saya nyanyi sumbang). Setelah memotong kue, akhirnya suapan pertama buat mamah si wanita super yang sepertinya punya indra ke6 saking bisanya mengerti apa yang saya inginkan walau belum terucap sama sekali. Dan karena mamah udah ngasih kado sih yang tak di sangka-sangka. Soalnya beberapa bulan lalu udah dihadiahin kalung bertuliskan "dhila" sebagai aksennya dan katanya itu buat kado ultah nanti. Ternyata kemarin di beliin lagi cincin hihi makasih mamah sayang. Kalau bapak? Seperti biasa kadonya cium pipi kiri cium pipi kanan. Terus ponakan ponakan pada saya mintain kado, ada yang masih tiga tahun katanya kadonya nasi sama ikan aja laaaahhhh. Pokoknya tulisan ini belum bisa mewakili bahagia dan bersyukurnya saya atas hal hal sederhana hari itu ini mungkin yang kata orang-orang Quality time :)

Dan terima kasih juga buat dia yang udah bela belain nyariin kado, walau ujung-ujungnya ga bisa di kirim sama pihak ekspedisinya, semoga bisa ngasih langsung aja dilain waktu. Makasih juga buat sahabat senasib seperantauan atas kado yang tersirat doa di dalamnya dan mau susah susah bawain titipan kue dia, emanglah paling nyusahin orang itu haha. But you both are so special for me.

Dan yang pasti terima kasih banyak Ya Allah, saya mintanya sedikit tapi di kasih banyak padahal ibadah masih payah :(
Walaupun tahun ini cukup banyak kejadian yang bikin mata bengkak, tapi lebih banyak pembelajaran yang bisa di ambil. Alhamdulillah.

Umur 24 sangat banyak PR sisa goals tahun baru kemarin. Gak mau ngotot bisa kecapai semua tapi harus tetap tawakkal sambil terus merayu Allah. Bismillah.




Selasa, 25 April 2017

There is a time for everything

06.48 0 Comments
Satu kalimat yang selalu terngiang setiap kali saya merasa waktu begitu padat dan merasa sudah tidak ada lagi waktu yang tersisa untuk sekedar menikmati me time
lo kayak orang sibuk sedunia.

Seorang teman berucap demikian, dan masih terngiang sampai sekarang. Ucapannya bukan untuk saya, tapi tiap kali saya hendak menolak ajakan ngumpul bareng teman atau menghadiri sebuah acara, kalimat itu kembali terngiang. Yah, sesibuk apa sih gue sampai-sampai gak punya waktu lagi untuk sekedar ini dan itu.



Dua tahun bekerja di tanah rantau, tanah Maluku lebih tepatnya. Mungkin karena ingin menyesesuaikan diri dulu dengan lingkungan baru makanya tidak begitu banyak hal yang bisa saya lakukan selama ini. Kehidupan tiap hari hanya seputar kantor, kosan dan segala angan tentang resign dari perusahaan yang udah ngasih upah yang cukup buat saya.

Dua tahun di comfort zone, walaupun gak bisa di bilang comfort zone 100% yaa, karena hidup di kota minimalis dengan biaya yang mahal dan serba terbatas barang-barang dan fasilitasnya cukup membuat batin kembang kempis.

Tapi, dua tahun, yang saya dapat hanya sebuah pertahanan hidup, means ya saya bisa beli pakaian sendiri, makan sendiri, bayar kost sendiri, belanja bulanan dan segala perintilan-perintilannya tanpa nyusahin orang tua lagi.
Tapi, apa cuma harus berputar di siklus itu saja? dulu iya saya pengen, karena nyaman, gak pusing ini itu.
But, not that kind of woman I want to be.
I like to be a wonder woman who gets what she want, do what she wanna do, independent, spread positive vibes, and inspiring people, *kebanyakan ngunyah quotes*
Bukan cewek yang ga bisa di andelin.
So I choose to change my habbit little by little, step by step till I realize that's a good deeds for my life.

*2017 masih aja ngepost galau*
*yang penting bukan tentang cinta haha*

Minggu, 26 Februari 2017

Beruntung, orang itu dia

01.13 0 Comments


Saat ini pukul 03.00 pagi waktu ternate.
Masih dengan sisa-sisa isak tangis setelah mengeluarkan gundahan dalam dada yang ku simpan beberapa pekan ini.
Postingan ini bukan untuk membahas kegundahan itu,
tapi lebih kepada rasa terima kasih kepada dia yang selalu mau menjadi sandaranku walau terpaut jarak yang jangan berani-beraninya ada yang sebut itu dekat.

Aku beruntung terlahir sebagai gadis yang biasa-biasa saja rupanya.
Karena aku tak perlu ragu lagi,
seseorang jatuh hati kepadaku atas rupa atau sifatku
dan aku tak perlu ragu lagi,
karena yang akan jatuh hati pastilah hanya orang yang sudah sangat mengenalku saja.

Beruntung, orang itu dia. 
Aku pikir rasa itu hanya muncul karena seringnya menghabiskan waktu bersama,
sayangnya pikiran tak selalu benar,
bahkan terpisah berkilo-kilo meter pun tak membuatnya redup, malah rasa itu semakin besar.

Tak sedikit dari mereka yang beranggapan kisah ini sebaiknya berakhir
karena bersamanya, aku harus kehilangan bagian dari perjuangan ku dan perjuangan sepasang bidadariku.

Namun, jatuh hati menurutku tak semudah itu, bukan.
7 tahun sejak mengenalnya, dan masih dia yang selalu berhasil jadi tokoh utama catatan harianku

Terima kasih
untuk dia yang selalu meyakinkan bahwa aku adalah sosok yang luar biasa disaat orang lain melihat aku hanyalah wanita yang biasa saja



Selasa, 20 September 2016

Nyembuhin diri di Pantai Jikomalamo

21.51 1 Comments
Bulan lalu sempat jatuh sakit berturut2 selama semingguan . Dari meriang, lanjut panas, batuk pilek, sampai radang yang bikin suara merdu ini hilang dari peradaban.
Weekend cuma bersemayam di dalam kamar kost mungil meratapi suara yang betul-betul nyaris gak ngeluarin nada sedikitpun rasanya malah nambah sakitnya. Akhirnya mutusin buat "cari angin" bareng temen kantor Si Winces.

Terus tiba-tiba keinget sama cerita Kak Tini (Spv saya di kantor) katanya dia habis ke pantai yang airnya tuh bening banget, ga usah nyelam aja karang-karang yang bermukim di sana udah pada kliatan. Karena gak ada destinasi lain yang kepikiran, akhirnya tancap gas ke pantai itu.

Pantai Jikomalamo. Pantai yang ukurannya tidak terlalu besar tapi amat memuaskan mata. Lokasinya berada di belakang Gunung Gamalama dan untuk sampai ke sana membutuhkan waktu 30 menit menggunakan kendaraan bermotor. Masuk ke Pantai Jikomalamo ini sebenarnya tidak di pungut biaya, hanya sekedar upah parkir kendaraan kita saja.
Karena Pantai ini sudah cukup terkenal, makanya sudah banyak warga lokal yang memutuskan untuk mencoba peruntungan baru dengan membuka kedai di sana. Tak banyak yang di jual, sekedar air kelapa muda, pop mie, juga gorengan lengkap dengan sambel khas Ternate.




Minggu, 18 September 2016

Filonga Island - little paradise in mollucas

19.55 1 Comments
Beberapa bulan lalu sempat lihat di pojok koran "MALUT POS" tentang sebuah pulau kecil yang orang-orang sebutnya FILONGA. Bagai surga di tengah lautan Maluku, ungkap mereka seperti itu.
Tapi, melihat gambar pulaunya di koran saja sepertinya belum cukup membuktikan kalau pulau itu memang patut dikunjungi.

Seorang teman di kantor tempat saya mengais duit ngajakin buat ke sana, tapi ternyata budget yang mesti di keluarin untuk biaya transportnya cukup nguras kocek juga, sekitar 700-800rb menggunakan speed boat alias kapal cepat. Boro-boro kan ngeluarin kocek segede itu cuma buat ke pulau yang menurut saya cuma seiprit gondokan pasir dibubuhi batuan gede gede.

Tapi ya pucuk di cinta ulam pun tiba, jodoh juga buat pergi ke sana dan GRATIS biaya transport dan makan, semuanya di bayarin ibu Manager *yay.

Untuk sampai ke Pulau Filonga dari Kota Ternate agak beribet juga sih, yah gini deh Maluku, banyak banget tempat yang bagus tapi ke sana sini aksesnya susah. Jangankan buat ke tempat liburan, ke kantor wilayah kantor saya aja mesti pakai pesawat, dimana kalau di pulau lain bisa di akses lewat darat aja.


Dari Ternate, kami harus naik kapal menuju Pulau Tidore melalui pelabuhan Bastiong. Di sini ada dua jenis kapal bisa naik yang mana aja tergantung peruntukannya. Kalau bawa kendaraan bermotor bisa menggunakan kapal kayu, tapi kalau ga bawa bisa naik kapal cepat aja.
Gak nyampe 15 menit kami sudah tiba di pulau seberang, Pulau Tidore.
Disini kami harus naik mobil lagi ke pelabuhan Goto. Transportasi darat di Tidore lumayan ramai, ada angkot ( atau warga lokal menyebutnya OTO) juga ada Bentor (alias Becak Motor). Berhubung ada mobil kantor di sana, jadi kami tidak menggunakan transportasi umum.

Sampai di pelabuhan Goto akhirnya kapal cepat kami pun melaju kencang mendekati Pulau Filonga. Selang kurang lebih 20 atau 30 menit akhirnya kami disuguhi pemandangan yang indah yang seakan membawa kami ke alam lain