I have a dream, you have a dream, and we have a dream, rite?
Saat bertanya pada anak-anak tentang apa mimpi mereka, jawaban yang keluar dari mulut masing-masing anak pastilah beragam. Ada yang ingin jadi dokter (ehm, ini jawaban andalanku juga semasa kanak-kanak hehe), ada yang ingin jadi polisi, jadi pemain bola, astronot dan yang paling menggelitik ada yang menjawab ingin menjadi seorang kakak, hahhaaa... Yah, namanya juga anak-anak. Tapi itulah mimpi seusia mereka. I mean, lambat laun seiring bertambahnya usia, semakin luasnya wawasan, semakin modernnya kehidupan, dan bahkan semakin serakahnya seseorang, mimpi-mimpi itupun kian bercabang. Yaph, seperti pohon, semakin tua cabangnya makin banyak.
Punya satu mimpi gak akan cukup memuaskan pastinya, toh hidup cuma sekali, masa puas dengan hanya satu mimpi, untuk itulah sang pencipta memberikan 3 nikmat bagi kita, akal, hati, dan nafsu. Nafsu membuat seseorang tidak pernah puas dengan suatu hal, maka dari itulah seseorang akan terus ingin maju kedepan lagi lagi dan lagi. Setelah timbul keinginan, akal akan bekerja mencari tahu jalan mana yang bisa di gunakan untuk sampai ke keinginan kita itu. Dan terakhir, hati akan menentukan apakah jalan yang kita ambil baik atau enggak.
Hidup akan lebih bermakna dan terarah jika kita mempunyai mimpi. Tapi teuteuppp,, mimpinya harus baik dan sesuai ajaran agama. Kan kadang ada yang bilang seperti ini
"ahh,,, gw mah pengen nikmatin hidup gw aja, hidup cuman skali coy ngapain di bikin ribet"
Yess,, itu jawaban seorang pemabuk.
Tapi benner juga sih, hidup gak boleh terlalu kaku, tetep harus di bawa enjoy, tapi gak harus dengan merusak diri bukan? Dengan berprestasi, it must be better!
Okey, nuff said...
bcz everybody reserve to have a dream, that's why I make this 100 wishes book
-halaman pertama- |
-halaman ketiga- |
-halaman keempat- |
Rangga umara pernah berkata dalam bukunya yang berjudul "the magic of dream book" yang aku dapet gratis gara-gara ikutan donor darah yang di adain sama @motivatweet (tau motty kan? si burung super yang sering berkicau di twitter. Kalo belum tau, wajib follow deh) bahwa:
"Buatlah rencana hidupmu sendiri atau selamanya jadi bagian dari rencana hidup orang lain"
"Tidak pernah ada cita-cita yang terlalu tinggi, yang ada hanyalah upaya yang tak setinggi cita-cita"
"Jika ingin menangkap IKAN PAUS, arahkan umpan ke LAUTAN, bukan ke SELOKAN"
Inti dari buku itu adalah, kalo punya cita-cita, jangan cuma di lamunin aja, but you have to write'em down on your own dream book.
Setelah di tulis? Segera publish atau dengan kata lain utarakan ke orang lain.
"Jadi, impian jangan hanya sekedar di tulis di buku harian dan di simpen. Jangan buat diri anda menjadi satu-satunya orang yang tahu tentang impian anda" lanjut mas rangga ketika mengisi sebuah acara di televisi.
Jadi, maksudnya adalah, teriakkan mimpi kalian, let'em published!
Misal, punya cita-cita pakai jilbab, ya bicarakan sama mama, atau sahabat. Dengan orang lain tahu tentang mimpi kita, kita akan lebih berjuang untuk membuktikan bahwa kita mampu untuk merainya.
Dan oh ya satu lagi, bermimpilah sebesar-besarnya.
Gimana cara mengukur mimpi kita udah gede atau engga?
Dalam majalah girlfriend edisi januari 2013 kemarin tertulis:
"If people aren't laughing at your dreams, your dreams aren't big enough"
Jadi, jangan takut mimpi kamu di tertawakan, justru itu menunjukan bahwa mimpi kamu wah dan gak biasa. Dan ngomong-ngomong masalah "gak biasa" Albert einstein pernah berkata (ehm,, lupa-lupa inget kutipannya, tapi kurang lebih dia bilang kaya gini:)
"Kebodohan adalah kondisi dimana seseorang ingin memperoleh hasil yang luar biasa namun melakukan dengan cara yang biasa"
Jadi, mimpi hanya akan menjadi mimpi kalau kamu gak ada usaha buat merealisasikannya.So, let's make and catch our dream!
*pada postingan kali ini penulis mengetik dalam keadaan tidak sadar. Alias kerasukan bapak mario teguh*
salam super, xoxo
haha menarik, semoga banyak yang tercapai ya mimpinyaaa. asal jangan menjadikan mimpi2 ajib itu sbg satu2nya syarat untuk bahagia :D
BalasHapusaku mimpi besar suka seliweran, tapi jujur masih belum cukup berani memformat mereka ke wujud yg lebih konkret lagi